Mengenali Diri Sendiri:
Refleksi Mengikuti Tes Psikologi di Fahmina
Oleh : Mugu Farida
Menjelang Isya, saya membuka laptop, tergesa
mengirimkan email program Hivos-EU yang sudah mencapai tengat waktu. Selesai
berjibaku dengan dokumen yang harus dikirim, saya membuka akun facebook. Di
beranda, muncul status Kyai Husein Muhammad sebagai berikut: "Tadi
malam aku nonton "Mata Najwa". Aku terharu-biru. Ibu Tri itu pemimpin
yang tak punya ambisi diri, karena ia mengenali dirinya sendiri, mengerti batas
diri. Ia bersahaja dan bertanggungjawab kepada Tuhan yang adalah
bertanggungjawab kepada nurani dan moralnya sendiri, dan inilah tingkatan
tanggungjawab manusia tertinggi. "Istafti Qalbak". Semoga dia selalu
sehat dan kuat, serta diberkahi-Nya.” Wow, status pak Kyai mengena
sekali bagi saya, yang baru saja mengikuti tes psikologi di Fahmina.
Sebenarnya instrumen tes ini tidak ada
bedanya dengan berbagai tes psikologi yang pernah saya ikuti ketika melamar
kerja atau ikut kegiatan tertentu. Yang berbeda adalah tujuannya. Biasanya,
hasil test hanya boleh diketahui pihak pimpinan perusahaan atau lembaga
penyelenggara kegiatan sebagai dasar penempatan posisi kerja maupun lolos
tidaknya lamaran kerja atau kegiatan. Di Fahmina, tes psikologi ini ditujukan
agar kami, semua peserta test, dapat mengenali dirinya sendiri. Hasil test akan
diberikan kepada setiap peserta test, selain kepada lembaga. Dengan harapan,
kita semua dapat mengenali diri kita sendiri, atas bantuan serangkaian alat tes.
Tes ini diharapkan dapat memberikan gambaran kemampuan
komunikasi, interpersonal, kepemimpinan, probem
solving dan adaptasi semua
peserta khittah dengan kultur kerja di Yayasan Fahmina.
Kembali, kepada kutipan status Kyai Husein. Ibu Risma
Walikota Surabaya, adalah seorang pemimpin yang mengenali dirinya sendiri,
mengenali batas dirinya. Inilah poin penting bagi kita untuk dapat membangun
Fahmina bersama-sama, bahwa kita punya batasan atau katakanlah
kelemahan-kelemahan di samping kelebihan-kelebihan. Dengan mengerti kelemahan
dan kekuatan kita sendiri, kita akan berusaha membangun kerjasama dengan
berbagai pihak agar tujuan lembaga, tujuan program, tujuan kegiatan dan tujuan
kerja kita masing-masing tercapai.
Dengan mengenali diri sendiri, kita sadar bahwa kita butuh
orang lain, membuka diri terhadap orang lain,memberikan peluang kepada orang
lain untuk membantu dan dibantu. Menumbuhkan rasa percaya, disiplin dan
berupaya menjalin komunikasi yang hangat satu sama lain agar kultur kerja yang
nyaman bagi semua orang terjaga. Sehingga target grup, orang-orang yang patut
mendapatkan layanan dari kita merasa nyaman dan puas dengan kinerja kita.
Meskipun harus menunggu hasil tes psikologi hingga tanggal
26 Februari, saya tetap yakin bahwa hasilnya bukan “anda berkepribadian ganda”
sebagaimana yang dikhawatirkan Mugu Muiz atau “kepo” yang diterjemahkan “ribet”
oleh Mugu Rosidin. Salam semangat.
By, MUNAWIR
BalasHapusIni kali pengalaman pertama saya mengikuti tes psikologi bersama psikolog langsung dan sangat menarik. Sudah lama saya tunggu2 karna ingin mengetahui sebatas mana kemampuan pribadi saya dalam leadership. Lihat dan tunggu hasilnya,,,hehehe
tapi saya masih merasa kurang karena ingin di analisis juga soal kepribadian saya pribadi [kalau ada kesempatan] hehehehe
test
BalasHapusTak Kenal maka Tak Sayang, he he...
BalasHapusada yang khawatir, test psikologi akan mengetahui dirinya apakah sakit atau tidak jiwanya,,,hahaha...
BalasHapus