Kamis, 13 Februari 2014

Mengenali Diri Sendiri:  Refleksi Mengikuti Tes Psikologi di Fahmina
Oleh : Mugu Farida

Menjelang Isya, saya membuka laptop, tergesa mengirimkan email program Hivos-EU yang sudah mencapai tengat waktu. Selesai berjibaku dengan dokumen yang harus dikirim, saya membuka akun facebook. Di beranda, muncul status Kyai Husein Muhammad sebagai berikut: "Tadi malam aku nonton "Mata Najwa". Aku terharu-biru. Ibu Tri itu pemimpin yang tak punya ambisi diri, karena ia mengenali dirinya sendiri, mengerti batas diri. Ia bersahaja dan bertanggungjawab kepada Tuhan yang adalah bertanggungjawab kepada nurani dan moralnya sendiri, dan inilah tingkatan tanggungjawab manusia tertinggi. "Istafti Qalbak". Semoga dia selalu sehat dan kuat, serta diberkahi-Nya.” Wow, status pak Kyai mengena sekali bagi saya, yang baru saja mengikuti tes psikologi di Fahmina.

Sebenarnya instrumen tes ini tidak ada bedanya dengan berbagai tes psikologi yang pernah saya ikuti ketika melamar kerja atau ikut kegiatan tertentu. Yang berbeda adalah tujuannya. Biasanya, hasil test hanya boleh diketahui pihak pimpinan perusahaan atau lembaga penyelenggara kegiatan  sebagai dasar penempatan posisi kerja maupun lolos tidaknya lamaran kerja atau kegiatan. Di Fahmina, tes psikologi ini ditujukan agar kami, semua peserta test, dapat mengenali dirinya sendiri. Hasil test akan diberikan kepada setiap peserta test, selain kepada lembaga. Dengan harapan, kita semua dapat mengenali diri kita sendiri, atas bantuan serangkaian alat tes. Tes ini diharapkan dapat memberikan gambaran kemampuan  komunikasi, interpersonal, kepemimpinan, probem solving dan adaptasi semua peserta khittah dengan kultur kerja di Yayasan Fahmina.

Kembali, kepada kutipan status Kyai Husein. Ibu Risma Walikota Surabaya, adalah seorang pemimpin yang mengenali dirinya sendiri, mengenali batas dirinya. Inilah poin penting bagi kita untuk dapat membangun Fahmina bersama-sama, bahwa kita punya batasan atau katakanlah kelemahan-kelemahan di samping kelebihan-kelebihan. Dengan mengerti kelemahan dan kekuatan kita sendiri, kita akan berusaha membangun kerjasama dengan berbagai pihak agar tujuan lembaga, tujuan program, tujuan kegiatan dan tujuan kerja kita masing-masing tercapai.

Dengan mengenali diri sendiri, kita sadar bahwa kita butuh orang lain, membuka diri terhadap orang lain,memberikan peluang kepada orang lain untuk membantu dan dibantu. Menumbuhkan rasa percaya, disiplin  dan berupaya menjalin komunikasi yang hangat satu sama lain agar kultur kerja yang nyaman bagi semua orang terjaga. Sehingga target grup, orang-orang yang patut mendapatkan layanan dari kita merasa nyaman dan puas dengan kinerja kita.

Meskipun harus menunggu hasil tes psikologi hingga tanggal 26 Februari, saya tetap yakin bahwa hasilnya bukan “anda berkepribadian ganda” sebagaimana yang dikhawatirkan Mugu Muiz atau “kepo” yang diterjemahkan “ribet” oleh Mugu Rosidin. Salam semangat.


4 komentar:

  1. By, MUNAWIR

    Ini kali pengalaman pertama saya mengikuti tes psikologi bersama psikolog langsung dan sangat menarik. Sudah lama saya tunggu2 karna ingin mengetahui sebatas mana kemampuan pribadi saya dalam leadership. Lihat dan tunggu hasilnya,,,hehehe

    tapi saya masih merasa kurang karena ingin di analisis juga soal kepribadian saya pribadi [kalau ada kesempatan] hehehehe

    BalasHapus
  2. Tak Kenal maka Tak Sayang, he he...

    BalasHapus
  3. ada yang khawatir, test psikologi akan mengetahui dirinya apakah sakit atau tidak jiwanya,,,hahaha...

    BalasHapus