Anggap
saja, kita para partisan Sekolah Khittah Fahmina adalah sedang bermain, dimana
kita berada pada suatu lapangan permainan. Begitu kita masuk suatu lapangan,
maka kita terikat dengan suatu aturan permainan, rule of the game. Pada
pertemuan pertama, 20 Januari 2014, kita sepakat pada nilai yang kita ikrarkan "Kita adalah setara, Kita
adalah saudara, Kita akan memajukan Fahmina untuk kemajuan kita bersama,
bangsa, dan manusia dunia'.
Ikrar nilai ini meniscayakan aturan permainan yang
menempatkan setiap partisan Lattana diperlakukan secara setara, memperoleh hak
suara yang sama, hak belajar yang sama, dan sebagai anggota tim yang jika lemah
diperkuat dan jika kuat mengajari yang lemah. Salah satu aturan yang disepakati
kemudian adalah: "Kita
akan membicarakan dan melakukan kerja-kerja Lattana dalam konteks kelembagaan
dan semangat kebersamaan". Aturan
ini perlu ditegaskan agar proses kritik dan perbaikan tidak mengarah pada
individu, tetapi pada sistem, aturan, dan budaya yang harus diemban bersama.
Untuk menurunkan aturan main ini, pada hari Kamis, 30 Januari 2014, kita diperkenalkan dengan
6 Arah Berpikir yang disimbolkan dengan 6 Warna Topi oleh Realina Uzra. Kita
biasanya lebih banyak menggunakan salah satu arah berpikir, tetapi sebagai
komunitas Lattana, kita harus memulai untuk menggunakan keenam arah berpikir
ini secara paralel, untuk memperkuat kebersamaan, dan mempercepat capaian
kemajuan.
Enam Arah Berpikir ini diciptakan oleh Dr. Edward de Bono
dalam bukunya: Six Thinking Hats. Secara umum, konsep ini didasarkan pada
premis bahwa otak manusia memiliki enam cara berpikir; berpikir dengan perasaan
(Topi Warna Merah); berpikir dengan basis keinginan harapan (Topi Warna
Kuning); berpikir mencari data dan fakta (Topi Warna Putih); berpikir memberi
usulan dan gagasan (Topi Warna Hijau); berpikir melemahkan, mengkritik,dan
memunculkan kekhawatiran/kelemahan (Topi Warna Hitam); dan berpikir mengelola
kelima cara berpikir itu untuk mencari prioritas yang harus dilaksanakan (Topi Warna Biru).
Keenam warna topi ini harus selalu menjadi kesadaran
bersama sebagai komunitas yang para anggotanya adalah setara dan saudara. Jika
ada salah satu anggota yang hanya memakai satu warna saja, atau dua saja, maka
anggota yang lain menanyakan dan mendorong agar ada warna-warna lain yang
melengkapi. Kita harus mengupayakan agar satu atau dua warna tidak menjadi
dominan dalam diri kita, terutama kita sebagai komunitas yang setara dan
bersama.
Ketika kita menyatakan "Suka" pada seseorang,
atau kegiatan tertentu di Fahmina (berarti kita sedang pakai Topi Warna Merah),
yang biasanya "kesukaan" akan melahirkan berbagai harapan, keinginan
dan optimisme (lalu kita pake Topi Warna Kuning). Salah satu di antara kita
perlu mengejar dengan pertanyaan: emang faktanya apa atau datanya mana? (Warna
Putih); apa usulan ide atau gagasannya? (Hijau). Tentu, orang yang membeberkan
data, berarti dia sedang memakai Topi Warna Putih dan orang yang membawa usulan
dan gagasan adalah sedang memakai Topi Warna Hijau.
Di antara kita perlu ada yang memakai Topi Warna Hitam,
yang mengingatkan kita segala kemungkinan buruk, yang mengkritik gagasan kita,
dan membuat kita awas. Dan semua arah beripikir itu harus dikelola agar salah
satunya tidak dominan, dan agar ada yang bisa diprioritaskan, lalu
dilaksanakan, dan yang mengelola ini adalah sedang memakai Topi Warna Biru.
Kita perlu warna MERAH untuk memulai pembicaraan, diskusi,
dan mengungkap emosi dan perasaan. Tetapi ia tidak bisa dibiarkan sendirian,
nanti akan berkembang menjadi “pemujaan” yang tidak mendasar atau sekedar “gossip”
murahan. Kita perlu memastikan ada dukungan PUTIH dengan data dan fakta, bukan
interpretasi. Data ini bukan untuk mementahkan perasaan, tetapi untuk
menuntunnya membuka jalan perbaikan ke depan, harapan yang terbuka di depan,
dan optimisme dari warna KUNING. Optimisme ini juga tidak akan berarti jika
tidak ada gagasan apa yang kongkrit yang bisa dilaksanakan dan diterapkan oleh
warna HIJAU. Mungkin, atau biasanya, di antara kita masih ada yang ragu,
khawatir, atau bahkan mengkritik dan melemahkan gagasan maupun fakta, dengan
warna HITAM. Tetapi semua warna ini, bagi BIRU, akan dikelola, dianalisis, dan
disusun agar menjadi kekuatan untuk kebersamaan dan kemajuan.
Jadi, jika di antara kita ada yang bilang: "Wah, aku tidak suka bekerja diatur-atur di Fahmina, aku lebih suka bekerja sesuai kesukaan hati saya", maka kita bisa bilang: "Wow...anda sedang memakai Topi WARNA MERAH nih...". Kita tidak perlu marah, jengkel, atau mendukung semata, apalagi membabi buta. Karena kita adalah setara dan saudara. Kita juga akan bekerja secara bersama untuk kemajuan bersama.
Maka, yang diperlukan adalah lalu menghadirkan WARNA PUTIH, memikirkan WARNA HITAM, mendatangkan WARNA KUNING, dan meminta WARNA HIJAU untuk memikirkan untung-rugi, baik-buruk, manfaat-mudarat dari ungkapan perasaan di atas untuk kita sebagai komunitas yang anggotanya setara dan saudara. Kita tidak bisa membiarkan warna-warna ini berpisah dan masing-masing, tetapi kita harus menghadirkannya secara bersamaan, atau paralel, laksana pelangi. Yang menghadirkan ini adalah WARNA BIRU.
Yang harus diingat, keenam warna topi ini bagi kita, adalah salah satu cara bermain dalam lingkaran Lattana. Kita pakai sebagai permainana yang menyenangkan. Kita tidak perlu bertengkar untuk memastikan warna, tidak perlu juga tersinggung jika kita dianggap punya warna tertentu. Suatu saat, kita perlu ganti dengan cara bermain yang lain, yang lebih mengasyikkan dan menyenangkan.
Selamat bertopi warna-warni ya..
Mugu Faqih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar