SIAPAKAH PEMIMPIN ISIF SAAT INI?
Oleh : Mugu AMG
“Ini
bukan kewenangan rektorat, kamu harus mampu mengambil sikap dan menentukannya
sendiri”, demikian kata pak Nana kepada pak Samud dalam suatu rapat.
Pernyataan
di atas tidak dalam rangka melepas tanggung jawab, melainkan sebagai penekanan
bagaimana seseorang memegang tanggung jawabnya sendiri sesuai dengan jobnya masing-masing. Sebelumnya, kebijakan
apa pun ada di tangan rektorat (dalam hal ini pak Nana atau mbak Ida) khususnya
yang berhubungan dengan perkuliahan. Namun sejak khittah digelar, setiap orang
harus bertanggung jawab kepada kerjanya masing-masing. Perubahan pun terjadi.
Masing-masing orang memiliki keberanian sendiri dalam menentukan kebijakan
selama tidak bertentangan dengan aturan di ISIF.
Pertanyaannya,
bagaimana jika salah seorang tidak mampu melaksanakannya, misalnya orang baru? Ada
dua cara; dipandu oleh orang yang lebih tahu atau dibimbing secara kelompok.
Pertama, sebelum seseorang diletakkan pada suatu jabatan tertentu maka dilihat
dulu kemampuannya. Jika dirasa memiliki kemampuan walau tidak maksimal maka
akan dibimbing oleh orang yang lebih paham dan kemudian diarahkan untuk
bertanggung jawab kepada pekerjanya. Yang kedua, dibimbing secara kelompok.
Contoh pada kasus yang kedua ini misalnya tentang visitasi prodi Akhlak dan Tasawuf
(AT) saat ini. Oleh karena kepala prodi AT kurang paham tentang data-data AT
yang harus dipertanggung jawabkan maka beberapa orang ditunjuk untuk
mendampinginya sembari diarahkan dan ditekankan untuk bertanggung jawab
terhadap prodinya. Tidak hanya itu, bahkan ada simulasi kecil yang dilaksanakan
untuk memperkuat dan mempertajam keahlian Kaprodi dalam menjawab pertanyaan
asesor. Itulah yang dilakukan pak Nadisa kepada pak Jafar. Sementara yang lain
sibuk mempersiapkan data-data AT.
Sementara
kontrol terhadap kerja di ISIF dilaksanakan mingguan. Setiap senin misalnya,
ada rapat kordinasi untuk mempresentasikan hasil kerja dan rercana kerjanya.
Masukan-masukan dari teman-teman yang lain sekaligus upaya memperkuat kometmen
dalam kerja dan tanggung jawab juga selalu dilakukan. Bahwa seseorang tidak
hanya menjabat ini dan itu tapi bagaimana menjalankan dan
mempertanggungjawabkan jabatan tersebut itu lebih penting. Satu kerja tercecer
di belakang maka beberapa kegiatan yang lain ikut terhambat. Apakah yang
pekerjaannya terlambat ini perlu dimarahi dan disalahkan? Tidak. Penanggung
jawabnya diminta untuk menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan jika
dimungkinkan kemudian dibagi dengan teman-teman yang lain. Tepatnya gotong
royong atau kerja bakti. Setelah itu, bimbingan dan koreksi baru dilakukan.
Sistem
kerja seperti ini (walau masih belum mengakar) tidak hanya membuat seseorang enjoy dalam bekerja tetapi juga
menghasilkan orang-orang yang siap mengabdi. Suatu pengabdian tidak diminta
apalagi dipaksa, tetapi timbul dari kesadaran dan kecintaaannya terhadap pekerjaannya.
Hanya dengan cinta, pengabdian itu ada.
Lalu
bagaimana cara membuat orang mencintai pekerjaannya? Selain bimbingan dan kontrol
sebagaimana disebutkan di atas, juga diberikan kewenangan atas pekerjaan
tersebut. Pernyataan di awal tulisan ini
adalah contohnya. Kewenangan-kewenangan ini menunjukkan suatu kebebasan
sehingga seseorang merasa tidak diintimidasi orang lain dalam menentukan
kebijakan melainkan karena faktor pertimbangan-pertimbangan pekerjaan.
Dengan
ini, maka saya bisa mengatakan bahwa di ISIF tidak ada pemimpin secara personal.
Karena setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan pekerjaannya. Dalam
bekerja, tidak ada atasan dan bawahan, yang ada adalah mitra dan teman
berembug. Tidak ada tunjuk menunjuk untuk melakukan sesuatu kecuali sesuai
jobnya masing-masing atau kesiapan setiap orang. Dengan demikian kepemimpinan
dan kewenangan yang terbagi, tidak menumpuk pada satu orang saja. Kerja pun menjadi
enjoy dan nyaman.**
mantaaaaabssss...... seneng deh dengernya... moga2 berkembang kepada semakin banyak orang dan menerbitkan rasa optimisme untuk pengembangan diri kita sendiri....
BalasHapussepakat, masing-masing kita adalah pemimpin. Mulailah jadi pemimpin yang baik dengan mulai managemen yang baik, perencanaa, pelakasanaan, monitoring, evaluasi. Intinya, update workplan dong, haha
BalasHapusha...ha..melu ketawanya alif akh ..tersindir
BalasHapus