Rabu, 14 Mei 2014

SIAPAKAH PEMIMPIN ISIF SAAT INI?
Oleh : Mugu AMG

“Ini bukan kewenangan rektorat, kamu harus mampu mengambil sikap dan menentukannya sendiri”, demikian kata pak Nana kepada pak Samud dalam suatu rapat.

Pernyataan di atas tidak dalam rangka melepas tanggung jawab, melainkan sebagai penekanan bagaimana seseorang memegang tanggung jawabnya sendiri sesuai dengan jobnya masing-masing. Sebelumnya, kebijakan apa pun ada di tangan rektorat (dalam hal ini pak Nana atau mbak Ida) khususnya yang berhubungan dengan perkuliahan. Namun sejak khittah digelar, setiap orang harus bertanggung jawab kepada kerjanya masing-masing. Perubahan pun terjadi. Masing-masing orang memiliki keberanian sendiri dalam menentukan kebijakan selama tidak bertentangan dengan aturan di ISIF.

Pertanyaannya, bagaimana jika salah seorang tidak mampu melaksanakannya, misalnya orang baru? Ada dua cara; dipandu oleh orang yang lebih tahu atau dibimbing secara kelompok. Pertama, sebelum seseorang diletakkan pada suatu jabatan tertentu maka dilihat dulu kemampuannya. Jika dirasa memiliki kemampuan walau tidak maksimal maka akan dibimbing oleh orang yang lebih paham dan kemudian diarahkan untuk bertanggung jawab kepada pekerjanya. Yang kedua, dibimbing secara kelompok. Contoh pada kasus yang kedua ini misalnya tentang visitasi prodi Akhlak dan Tasawuf (AT) saat ini. Oleh karena kepala prodi AT kurang paham tentang data-data AT yang harus dipertanggung jawabkan maka beberapa orang ditunjuk untuk mendampinginya sembari diarahkan dan ditekankan untuk bertanggung jawab terhadap prodinya. Tidak hanya itu, bahkan ada simulasi kecil yang dilaksanakan untuk memperkuat dan mempertajam keahlian Kaprodi dalam menjawab pertanyaan asesor. Itulah yang dilakukan pak Nadisa kepada pak Jafar. Sementara yang lain sibuk mempersiapkan data-data AT.

Sementara kontrol terhadap kerja di ISIF dilaksanakan mingguan. Setiap senin misalnya, ada rapat kordinasi untuk mempresentasikan hasil kerja dan rercana kerjanya. Masukan-masukan dari teman-teman yang lain sekaligus upaya memperkuat kometmen dalam kerja dan tanggung jawab juga selalu dilakukan. Bahwa seseorang tidak hanya menjabat ini dan itu tapi bagaimana menjalankan dan mempertanggungjawabkan jabatan tersebut itu lebih penting. Satu kerja tercecer di belakang maka beberapa kegiatan yang lain ikut terhambat. Apakah yang pekerjaannya terlambat ini perlu dimarahi dan disalahkan? Tidak. Penanggung jawabnya diminta untuk menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan jika dimungkinkan kemudian dibagi dengan teman-teman yang lain. Tepatnya gotong royong atau kerja bakti. Setelah itu, bimbingan dan koreksi baru dilakukan.

Sistem kerja seperti ini (walau masih belum mengakar) tidak hanya membuat seseorang enjoy dalam bekerja tetapi juga menghasilkan orang-orang yang siap mengabdi. Suatu pengabdian tidak diminta apalagi dipaksa, tetapi timbul dari kesadaran dan kecintaaannya terhadap pekerjaannya. Hanya dengan cinta, pengabdian itu ada.

Lalu bagaimana cara membuat orang mencintai pekerjaannya? Selain bimbingan dan kontrol sebagaimana disebutkan di atas, juga diberikan kewenangan atas pekerjaan tersebut. Pernyataan  di awal tulisan ini adalah contohnya. Kewenangan-kewenangan ini menunjukkan suatu kebebasan sehingga seseorang merasa tidak diintimidasi orang lain dalam menentukan kebijakan melainkan karena faktor pertimbangan-pertimbangan pekerjaan.


Dengan ini, maka saya bisa mengatakan bahwa di ISIF tidak ada pemimpin secara personal. Karena setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan pekerjaannya. Dalam bekerja, tidak ada atasan dan bawahan, yang ada adalah mitra dan teman berembug. Tidak ada tunjuk menunjuk untuk melakukan sesuatu kecuali sesuai jobnya masing-masing atau kesiapan setiap orang. Dengan demikian kepemimpinan dan kewenangan yang terbagi, tidak menumpuk pada satu orang saja. Kerja pun menjadi enjoy dan nyaman.** 

3 komentar:

  1. mantaaaaabssss...... seneng deh dengernya... moga2 berkembang kepada semakin banyak orang dan menerbitkan rasa optimisme untuk pengembangan diri kita sendiri....

    BalasHapus
  2. sepakat, masing-masing kita adalah pemimpin. Mulailah jadi pemimpin yang baik dengan mulai managemen yang baik, perencanaa, pelakasanaan, monitoring, evaluasi. Intinya, update workplan dong, haha

    BalasHapus
  3. ha...ha..melu ketawanya alif akh ..tersindir

    BalasHapus